logo yayasan mujahidin

Sedang memuat ...

Berita

Foto Khutbah Jum'at 29 Januari 2021 | OPTIMIS (MASIH) BERADA DALAM MASA PANDEMI COVID 19

Khutbah Jum'at 29 Januari 2021 | OPTIMIS (MASIH) BERADA DALAM MASA PANDEMI COVID 19

Khutbah Jum'at Masjid Raya Mujahidin Pontianak Kalbar

Oleh: Drs. H. Dulhadi, M.Pd

Link https://youtu.be/zzmuMfulwRg

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Hadirin, jemaah Jum’at Rahimakumullah.

Marilah kita awali khutbah Jum’at yang singkat ini dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah SWT, lantaran rahmat dan nikmat-Nyalah kita dapat hadir di masjid Raya Mujahidin ini untuk memenuhi undangan Allah SWT mendirikan shalat Jum’at secara berjemaah. Mudah-mudahan ibadah Jum’at kali ini menjadi ibadah terbaik yang kita persembahkan ke hadirat Allah SWT.

Shalawat dan salam senantiasa kita kirimkan kepada junjungan kita nabi Muhammad SAW. Nabi dan Rasul yang telah memberikan teladan kepada kita, bagaimana seharusnya kita menghadapi cobaan hidup yang datang secara bertubi-tubi dan silih berganti. Nabi dan Rasul yang telah menjadi contoh, bagaimana semestinya kita bersikap pada saat menjalani  hidup ini tidak sesuai dengan ekspektasi.

Hadirin, jemaah Jum’at yang berbahagia.

Sebagaimana kita maklumi bahwa saat ini kita masih berada dalam masa pandemi covid 19. Masa pandemi ini telah berlangsung selama setahun lebih dan tidak seorangpun yang mengetahui secara pasti kapan akan berhenti. Sejak kemunculannya pertama kali di Wuhan, Cina, penyakit ini telah menyebar ke seluruh penjuru bumi dan nyaris tidak ada satu negeripun yang dapat menolak kehadiran wabah ini. Korban akibat dari virus ini sudah sedemikian tinggi bahkan di luar dugaan para ahli. Up-date data korban dapat kita akses dari media setiap hari. Data terakhir yang kita peroleh, korban terpapar sudah mendekati angka 100 juta dan 2 juta di antaranya mati. Kalkulasi ini diperkirakan masih akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya orang yang terinveksi.

Untuk membasmi dan memutus mata rantai penyebaran virus ini, semua negara telah mengerahkan tenaga dan dana yang sangat tinggi. Berbagai macam upaya telah dicoba untuk mengatasi. Di antara upaya itu adalah meminta kepada semua orang untuk menerapkan  protokol kesehatan dengan mengamalkan 3 M, yaitu mencuci tangan, memakai masker dan menjaga jarak antara orang lain dan diri sendiri.  Selain itu, hampir seluruh negara merubah sistem belajar, dari sistem tatap muka di sekolah dan kampus menjadi sistem belajar daring, yaitu belajar dalam jaringan dari rumah sendiri. Bukan hanya pelajar dan mahasiswa yang diharuskan belajar dari rumah, tetapi juga sebagian pegawai, terutama pegawai negeri sipil, menjalankan pekerjaan, tugas dan fungsinya dari kamar pribadi.

Untuk membatasi transmisi virus ini pula, banyak negara yang menerapkan PSBB dan menutup diri dari kehadiran orang luar negeri. Dan satu bulan terakhr ini, di banyak negara termasuk Indonesia mulai mencoba upaya baru yaitu dengan menyuntikkan cairan vaksinasi. Sebuah cairan yang diduga dapat memperkuat daya tahan tubuh dan bukan untuk mengobati. Alhamdulillah, manusia pertama yang bersedia divaksin adalah presiden Jokowi, orang nomor satu di negeri ini. Berikutnya adalah para pejabat tinggi, termasuk dari kalangan TNI dan Polri. Tahap selanjutnya adalah para tenaga kesehatan baik swasta maupun negeri

Hadirin sekalian, yang dirahmati Allah.

Berhasilkah upaya-upaya tadi? Jawabannya adalah belum pasti. Karena sampai saat ini virus korona masih belum mau lari. Hal ini dapat dlihat dari masih banyaknya korban baru yang terjangkiti. Bahkan dari berita yang banyak viral, kita malah terperangah keheranan, ketika sebagian korban baru adalah orang-orang justru sangat ketat dalam menjalankan protokol kesehatan dan memakai alat pelindung diri. Dan yang lebih  mengherankan lagi  adalah ketika ada  yang meninggal dunia setelah divaksinasi.

Namun terlepas dari semua itu, usaha dan ikhtiar maksimal tidak boleh berhenti. Dan kita harus yakin bahwa pada akhirnya wabah ini akan bisa diatasi. Sebab, Allah, Tuhan kita yang Maha Pengasih dan Penyayang, tidak mungkin memberikan ujian dan cobaan  di luar kemampuan manusiawi.

Hadirin, sidang Jum’at yang berbahagia.

Covid 19 bukan hanya mengancam jiwa, tetapi dalam waktu yang bersamaan ia juga mengancam dam memporaporandakan sektor ekonomi. Tidak sedikit dari pengusaha yang terpaksa gulung tikar dan merumahkan semua karyawan dan karyawatinya. Angka pengangguran naik secara signifikan. Dan angka kemiskinanpun bertambah secara tajam. Dalan situasi yang seperti ini, kita yang kebetulan menjadi pegawai pemerintah, baik ASN. TNI, Polri, maupun pegawai BUMN, harus banyak-banyak bersyukur, karena, waaupun  sedang mengalami kesulitan keuangan, negara sampai saat ini belum melakukan tindakan mempensiunkan pegawainya. Bahkan tidak mengurangi gaji dan penghasilan mereka sedikitpun. Oleh karena itu, sebagai aparatur negara, dalam kondisi apapum harus tetap menunjukkan kinerjanya yang baik bahkan ditingkatkan.

Hadirin, jemaah Jum’at yang berbahagia.

Sebagai seorang muslim, yang percaya bahwa apapun yang terjadi di dunia, kebaikan atau keburukan, semua itu sudah menjadi qudrat dan iradat Allah SWT. Tidak ada peristiwa baik besar maupu kecil yang berada di luar pengetahuan dan penglihatan Allah. Semua sudah diatur sedemikian rupa oleh-Nya. Termasuk persoalan rezeki. Oleh karena itu, dalam masa pandemi covid 19 ini, sebagian dari kita yang mengalami kesulitan rezeki, jangan pernah putus asa dan prustasi. Yakinlah bahwa rezeki kita berada dalam tanggungan Allah SWT. Selama kita masih bernafas, selama itu pula rezeki kita masih ada  dan pasti sampai ke tangan kita. Dalam pembagian rezeki, ada beberapa pola yang Allah terapkan.

Pertama, Pola jatah. Semua makhluk yang ada di jagad raya ini sudah mempunyai jatah rezeki masing-masing. Sebagaimana firman Allah: “Tidak ada yang melata di atas bumi, melainkan Allahlah yang akan menaggung rezekinya” (QS. Hud:6). Berdasarkan ayat ini, Allah telah menjatah rezeki kepada semua makhluknya. Dan jatah rezeki ini tidak akan mungkin tertukar antara satu dengan yang lainnya. Selama jatah rezeki ini masih ada, dia pasti sampai kepada kita dan setelah sempurna, barulah kita meninggal dunia. Hal ini sesuai dengan sabda Rasulullah SAW, yang artinya: “Sesungguhnya Malaikat Jibril telah membisikkan ke dalam batinku, sesungguhnya satu jiwa tidak akan mati hingga jatah riskinya telah sampai kepadanya secara sempurna”.

Kedua, Pola Tambahan. Pola ini Allah berikan kepada hamba-Nya yang pandai bersyukur atas jatah rezeki yang telah Allah berikan kepadanya. Rasa dan ungkapan syukur dari seorang hamba, karena telah memperoleh rezeki, pasti dihargai oleh Allah dengan cara menambah rezeki tersebut. Kepastian ini ditegaskan oleh Allah dengan firman-Nya: “Jika kamu bersyukur atas nikmat-Ku, pasti akan kutambah, tetapi jika kamu kufur, azab-Ku pasti sangat pedih” (QS. Ibrahim: 7).

Ketiga, Pola bekerja. Pola ini disediakan oleh Allah bagi siapa saja yang mau berusaha dan bekerja. Siapapun yang mau berusaha dan bekerja pasti diberi oleh Allah. Tidak ada usaha yang sia-sia. Ada usaha, ada hasil. Usaha besar, hasilnya juga kemungkinan besar, begitu juga sebaliknya. “Dan tidaklah manusia itu memperoleh sesuatu kecuali atas apa yang dia usahakan”. Demikian Firman Allah. Siapapun yang ingin merubah nasib dirinya termasuk ingin menanmbah rezekinya, maka ia harus rajin  bekerja dan berusaha. Allah tegaskan dalam surah Ar-Ra’du: 11 bahwa: “sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, sehingga kaum itu sendiri yang berusaha merubah nasbnya”.

Keempat, Pola penglipatgandaan. Allah adalah Tuhan yang Maha Kaya Raya. Sumber rezeki yang tidak akan pernah kering. Allah kuasa memberikan rezeki kepada siapa saja dengan melipatgandakannya bahkan tanpa batas sekalipun. Siapa gerangan yang memperoleh jatah rezeki dengan berlipatganda ini? Tidak lain adalah seseorang yang bersyukur atas rezeki yang diterimanya tidak sekadar dengan ucapan lisan saja, akan tetapi ditindaklanjutinya dengan mengeluarkan sebagian dari rezeki itu baik berupa infaq, shadaqah, hadiah, maupun zakat. Dia menyadari bahwa di dalam rezekinya itu terdapat hak-hak orang lain yang wajib diserahkannya. Orang-orang yang seperti inilah yang akan mendapatkan tambahan rezeki dari Allah dengan jumlah yang berlipatganda. Sebagaimana firman Allah: “Perumpamaan orang-orang yang membelanjakan hartanya di jalan Allah, adalah bagaikan menanam satu biji yang menunbuhkan tujuh tangkai dan dari tiap-tiap tangkai itu akan muncul seratus biji. Dan Allah melipatgandakan bagi siapa yang dikehendaki, dan Allah Maha luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui”.

Hadirin jemaah Jum’at yang dimuliakan Allah.

Pola yang  terakhir adalah pola yang kelima. Yaitu pola kejutan. Allah bukan saja kuasa melipatgandaan rezeki seseorang, namun juga sanggup memberikan kejutan bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Ada dua cara yang dapat kita tempuh untuk memperoleh kejutan ini dari Allah, yaitu: 1) Tingkatkan taqwa kepada Allah. Orang-orang yang memelihara dan senantiasa meningkatkan kualitas taqwanya kepada Allah, maka ia berhak mendapatkan surprais dari Allah berupa kedatangan rezeki dari arah yang tidak pernah dia sangka-sangka. Seperti janji Allah: “Dan barang siapa bertaqwa kepada Allah, maka Allah akan memberikan jalan keluar dari kesulitannya dan memberinya rezeki dari tempat yang tidak ia duga sebelumnya”. 2) Perbanyak istighfar. Orang yang bertaubat kepada Allah dengan cara memperbanyak mengucapkan istighfar, akan diganjar oleh Allah dengan tiga hal. Sebagaimana sabda Rasulullah: “Barang siapa yang membiasakan beristighfar, maka Allah akan memberikan jalan keluar dari tiap-tiap kesempitan yang dialaminya, akan memberikan kegembiraan dari setiap kesedihannya, dan akan mengaruniai reseki dari arah yang tidak pernah disangkanya”. (HR. Abu Dawud).

Hadirin jemaah Jum’at yang dirahmati Allah.

Demikianlah khutbah jum’at ini kami sajikan, semoga uraian singkat ini akan meberikan manfaat yang besar dalam kehidupan kita, terutama pada saat dimana kita masih berada dalam kondisi sulit seperti sekarang ini. Amin Ya Rabbal ‘Alamin.